16 Okt 2007

Naik vespa keliling kota sekeluarga



Scooter alias vespa, selain bentuknya yang klasik, nyaris tak pernah berubah dari semenjak edisi perdana pertama sampai keluarannya terkini. Motor asal Italy ini menggunakan mesin tempel di bagian kanan belakang, sehingga bagi pengguna skooter punya kiat-kiat khusus memberlakukannya, misalnya; Memiringkan ke kanan apabila mogok, membawa ban serep untuk jaga-jaga dari ban bocor (Vespa paling dibenci tukang tambal ban karena tingkat kesulitan menambalnya)dan tips-tips lainnya. India yang mempunyai Bollywood untuk meniru langkah Hollywood, sampai-sampai memproduksi 'Bajaj', sejenis motor dengan desain mirip Vespa. Sayang, kedasyatan mesin Bajaj ini telah dikebiri satu-satu, dirombak total kelongsongannya menjadi Bajaj-Bajaj yang sekarang jadi trand mark kendaraan aseli Jakarta. Maka nasib sang Bajaj aseli tak dapat diketemukan lagi dan orang lebih mengenal bajaj sebagai Bajaj yang sekarang.

Sewaktu kecil Bapakku memutuskan untuk membeli vespa dengan alasan kendaraan ini potensial sebagai kendaraan keluarga. Bisa memuat segenap anggota keluarga yang 6 gelintir manusia; Bapak, ibu, dan empat orang kakak-beradik, termasuk aku.
Bapak pegang kendali setir, dengan diapit Ibu yang menggendong aku, kakak perempuan cukup duduk mepet ditengah-tengah, berbagi jok dengan ibu. Sedangkan space longgar antara kemudi dan jok tempat duduk bapaku telah diisi berjejal dua orang kakakku. Bisa terbayangkan bagaimana tingkat kesulitan Bapakku, mengontrol kemudi sambil berteriak-teriak agar kedua kakaku berhenti bertingkah dan bertengkar.
Sementera aku sebagai si bungsu dengan nyaman menikmati gendongan Ibunda (Sebagai bungsu, aku digendong Ibunda sampai hampir berumur 7th!). Ibunda punya tugas tambahan sebagai co-pilot, melambai-lambaikan tangan saat belok, memberi instruksi berhenti pada lampu lalu lintas dan ikut mengerem mendadak dengan kedua kaki saat berhenti. Pada bagasi telah penuh berisi centang perentang, alat ganti popok, bekal-bekal makanan dan tremos minuman. Walhasil sang vespa berjalan terseok-seok mirip karapan Gipsy, penuh rumbai-rumbai, teriak-teriak penumpang dan aneka buntalan-buntalan bawaan. Potret seperti ini masih terekam dalam benakku, terutama saat mudik lebaran ke kampung halaman dan acara tamasya keluarga.

Si Vespa Keluarga hanya bertahan kira-kira sampai aku kelas 6 SD, dengan lambat laun selain mesin sudah uzur dengan asap knalpot yang sudah mirip kakek-kakek perokok klobot, juga karena daya muat vespa stagnat berbanding kali lipat pertumbuhan badan para penumpang. Satu demi satu, dimulai dari kakak terbesar ke paling kecil sudah tidak bisa menaiki vespa bersama-sama, sampai pada akhir riwayat tugas, aku kini menempati posisi istimewa, duduk di rongga vespa depan Sang Bapak yang galak. Posisi ini selalu kunikmati, sambil berimajinasi, membayangkan mengemudikan sebuah pesawat antariksa, mirip serial kartun flash gordon, serial kartun silver hawk atau tantangan gobot.... (Dulu film-film fantasi kartun hanya ada di TVRI saban sore)

Si Vespa Keluarga, hilang ditipu orang
Akhir riwayat vespa keluarga memang tragis. Suatu ketika Bapak berniat menjualnya. Yah maklum, kini kami sudah punya kendaraan lain yang baru trend, canggih dan lebih trendy, bernama "astrea grand" yang beli dari kredit (Masih ingat aku, Sistem Kredit baru muncul awal pertama kali). Kami masing-masing sempat foto bergiliran di depan motor baru ini, di samping si Vespa yang mengonggrok, menunggu pemilik baru.
Seseorang misterus, dengan muka necis, yang ngakunya ingin tertarik membeli vespa itu datang berlagak menawar. Ternyata ia seorang 'penipu'. Tidak ingat aku detil peristiwanya tapi intinya vespa itu telah raib ditangan penipu. Saya hanya ingat untuk beberapa hari setelahnya, lamanya orangtuaku sudah sibuk menguber-uber informasi, dari satu orang pintar ke orang pintar lain, sebelum akhirnya vespa kami diketemukan. Kondisi vespa waktu diketemukan memang masih utuh, meski memicu banyak masalah dengan aparat, karena 'cara' pencarian orangtuaku yang menempuh jalur dan alibi yang "irrasionil". Akhirnya sang vespa keluarga telah resmi berpindah ke tangan orang.....

Masa SMU yang indah dan sebuah Lambreta
Sampai penghujung kelas dua, berbeda dengan teman -teman sesekolah lain, aku cukup menikmati berangkat sekolah dengan bus kota atau dengan pit onthel. Bahkan kadang kadangkala memilih jalan kaki sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan Kotagede-Yogyakarta, yang aspalnya selalu dipenuhi ruap tahi kuda (Jalan aspal kotagede memang menjadi salah satu jalur tetap kereta andong).
Kelas 3 SMU aku mendapatkan kendaraan bermotor pertamaku, sebuah Lambreta. Motor Lambreta, termasuk motor tua, yang sepengetahuanku merupakan generasi pertama sebelum vespa. Pada prinsipnya bentuknya sama, sudah seperti vespa umumnya hanya masih kaku dengan shape body lebih mirip box biskuit, kotak-kotak. Bentuk jok masih menyatu lurus datar, belum dibelah menjadi dua jok antara pengemudi dan penumpang. Lambreta ini kubeli dengan harga 125 ribu saja, hasil dari sedikit kerja rodi dan menodong bapakku. Surat-suratnya masih komplit meski angka plat nomer telah telat.
Suatu ketika, pas malam minggu teman-teman SMU itu mengajak konvoi keliling kota, sambil memboncengkan cewek-cewek. Aku dengan Lambreta-ku sebagai motor vintage yang hanya bisa melaju sampai batas 40km perjam itu, harus puas tertinggal jauh, dan mesti berteriak-teriak kencang agar menunggu kami. Tak terasa konvoi sudah menembus jauh sampai batas luar kota dan berencana meneruskan ke rute Jalan kaliurang yang rutenya merangkak naik. Si Lambreta mendadak mogok dan mengeluarkan banyak asap, sampai akhirnya Si Lambreta harus ditarik pulang dengan tali. Nasib si Lambreta selepas itu tak kunjung membaik. Si Lambreta tak pernah selesai diperbaiiki dan berakhir menjadi pajangan di teras rumah, dimodifikasi jadi duduk, ditorehi aneka rupa cat dan sebuah grafiti;"Angkutan barang pindah kos, trayek brosot jogja".

3 komentar:

Omah PatPit mengatakan...

hm... sepertinya aku pernah mengenal salah satu vespa perjuanganmu Leks. Dengan kenangan sedikit buruk akibat mogok... huehuehue..

Dian Harigelita mengatakan...

Salam kenal mas'e! Syukur deh menulisnya ngga senasib sama lambrettanya. Enak dibaca. Sering2 mampir aah... :)

sachroel mengatakan...

wuehehhe...sama deng...bapak saya juga pake vespa.

udah bolak balik bengkel beberapa kali .... akhirnya menyerah juga, dan terpaksa beli baru hi...hi...

vespa bersejarah he..he..