2 Agu 2007

Juzz Vaganza


Ini adalah warung juzz vaganza, tempat melepas dahaga, sehat dan menyegarkan. Nah, warung ini memang strategis karena letaknya yang membelah pematang areal kos-kosan di utara bilangan kampus Gadjah mada. Menyusurilah ke jalan konblok belakang kampus gadjah mada, lalu berbeloklah ke utara, dan cari jalan yang hanya dilapisi semen sudah berlubang-lubang. Pada kanan kiri jalan bertengger warung-warung makan, fotocopy, tempat loundry, rental komputer, dll, pokoknya apa saja yang berhubugan dengan kebutuhan anak-anak kos pasti ada disana. Letakknya kira-kira 50 meteran sebelah kanan jalan. Warung juss vaganza tak pernah absen, kecuali hari-ahri khusus dan buka pagi sekitar jam 8an sampai sore menjelang malam kecuali stok habis. Buah-buahan yang tersedia lumayan komplit, meski terkadang tergantung musim. Dua buah mesin blender siap melumat potongan-potongan buah-buahan yang anda minta. Anda juga menambah campuran susu atau krim mocca kedalamnya, tergantung selera. Nah, mengenai selera, saya sering bereksperimen dengan beberapa campuran buah-buahan; tomat dengan wortel, mangga dengan wortel, anggur dengan alpukat, atau tambah sedikit sawo dan jeruk nipis. Saya punya menu favorit campuran mangga dengan wortel, karena rasa asam dan manis yang imbang.
Persis di samping warung juzz vagansa ini ada warung penjual gorengan. Si penjual tak henti-henti merakit mendoan, tahu susur, pisang goreng sampai bakwa di wajan dan penggorengan dengan dibantu anak gadisnya yang 'maaf', agak ngak normal.
Kebetulan pula mayoritas konsumen juzz vaganza adalah mahasiswi-mahasiswi yang setia ikut ngantri.
Si penjual, laki-laki paruh baya dengan ditemani asistennya, sang istrinya sendiri, dengan cekatan melayani para konsumen. Bapak penjual itu sepertinya sudah hapal siapa-siapa konsumen-konsumen-nya dan campuran apa saja buah-buahan yang diingini. Semua masih dengan bandrol harga yang murah meriah, cukup dengan merogoh kocek 1500 rupiah saja, pukul rata, anda akan mendapatkan menu juzz vaganza, bisa ditaruh di kantong plastik atau dalam gelas besar. Anda bisa menaruh potongan-potongan es juga menurut selera kedalamanya.
Bapak penjual juzz vaganza ini selalu ramah dengan konsumennya meski pembeli berdesakan ngantri. Nah yang jadi pelampiasan kemarahan justru asistennya yang setia, sang istri yang siap menangkap segenap umpan balik omelan sang penjual juzz Baganza; "Cepet thoo buneeee, qi mbak ini..,mbak itu... keburu nunggu.....! Jadinya sang Penjual juzz vaganza berkumis, bisa berubah roman dengan cepat dari tersenyum manis pada mbak-mbak mahasiswi itu, lantas berubah mendelik, menggerutu pada asisten setiannya itu.
Saya tahu persis banyak warung juzz tertentu menggunakan gula sintetis jikakalau kepala saya terasa pening setelah meminumnya. Jadi saya tahu kalau warung juzz vaganza favoritku ini menggunakan 100% gula aseli. Hingga membuat rasa dan bau manisnya yang legit mengundang kawanan tawon pada berterbangan di sekelilingnya.
Saya sering bawa kawan-kawan ke tempat ini. Bahkan seorang kawan dari Magetan, dulunya pernah kuliah di Yogya sampai keranjingan dan menemukan kode khusus buat kesana ;"Mabuk juzz!" Si penjual hapal betul dengan anak dari kampung magetan ini karena plat nomer AE, dan pesanan dua gelas juzz besar!
Lebih nikmat memang minum ditempat, seperti kebiasaanku, sambil menunggu antrian kita bisa mencomot "gorengan" hangat-hangat di belakang kita sambil mengamati lalu-lalang jalan di depan juzz vagansa itu yang ramai oleh mahasiswa-mahasiswi yang hilir mudik dari kampus ke tempat kos. Kalau sore akan lebih ramai lagi terutama oleh konsumen loyal macam mahasiswi-mahasiswi yang baru pulang dari jogging. Jadi bagi laki-laki normal, selain juzz yang menyegarkan, gorengan yang panas-panas gurih, tentulah menu cuci mata. Kalau saya pas beruntung kita bisa ketemu dengan kawan lama sesama konsumen juzz vaganza dan berjumpa dengan orang-orang tua penghuni tetap kampus UGM, lalu mengundangnya nimbrung minum juzzz vaganza.... yoook mampir yook

28 Jul 2007

nothing to say today

Tak ada yang ingin kuceritakan padamu kali ini, kecuali mengajakmu memandang pada sebuah senja. Menikmati camar-camar yang lewat senyap di udara dan menghirup udara dalam-dalam, nafas kota yang penat. Tak ada yang ingin kubisikkan padamu, kecuali membiarkan mulut kita masing-masing terkunci dan soliluqui--kesempatan ini diri sendiri adalah kawan bicara paling mengerti. Tak ada yang ingin kupertanyakan pada kesempatan ini kecuali biar kita pandang lekat-lekat dan kita petakan satu demi perlahan demi perlahan perubahan warna itu.

27 Jul 2007

Situs Gampingan

Keponakanku satu-satunya, namanya Gading. Nama yang diberikan bapaknya karena kenangan khusus akan "Gampingan". Sebuah tempat yang kini seperti selongsong kepompong yang ditinggalkan kupu-kupunya. Sebuah gedung bekas kampus ISI (Instutut Seni Indonisia). Semenjak ditinggalkan "kupu-kupunya', gedung itu lantas satu demi lantas bermetamorfosis; laun demi laun orang-orang menorehkan grafiti dan coretan-coretan dinding pada temboknya, orang-orang gila yang menempati bekas kelas-kelas kosong, patung-patung dan monumen-monumen hilang dicuri dan penjarahan-penjarahan. Lantas puing-puing itu lengkaplah sudah dengan rumput-rumput dan pohon-pohon yang menjalar.
Orang-orang bilang;"Pada beringin besar di sebelah pendopo Sasana Aji itu ada Wewe-nya."
Suatu pernah bermukim juga komunitas Taring Padi, yang mengobarkan kiprahnya, secara underground di selongsong bangunan itu. Sang kupu-kupu itu juga telah terbang dari kepompongnya setelah musim reformasi bergulir. Kini beberapa orang mantan taring padi sering datang di bangunan itu, sekedar beromansa atau mengatakan pada orang-orang;"Dulu kami kencing di sini lho?"

Keponakanku satu-satunya yang bandel bukan main yang selalu membuat ruang keluarga seperti kapal selam pecah yang selalu berteriak-teriak yang sekarang sudah bisa bernyanyi balonku ada lima yang suka, dulu bercikal bakal di selongsong gampingan itu.Di selonsong gampingan itu, Bapaknya, karib-karib lama, dalam suasana komunal, hari-hari penuh rencana,riang gitar, botol-botol, kanvas dan kuas.

Kadang-kadang orang-orang yang menggeliat dalam selongsong bangunan itu bilang pada kawan-kawan baru yang datang;"Penah melihat sang hantu Donna?"

Kawan-kawan baru datang setelah kawan-kawan lama menjadi kupu-kupu dan terbang meninggalkan kepompong bangunan itu. Kawan-kawan baru terkadang masih bermimpi seperti mimpi kawan-kawan lama yang meninggalkannya. Kini selongsong gampingan itu akan dipugar menjadi sebuah museum.

Metamorfosis terus berlanjut....

23 Jul 2007

Riwayat Pengayoeh Sepeda Imogiri Djogja

Doloe roemahkoe menempati persis di pinggir jalan imogiri. Jalan yang membikin kenangan terekam koeat. Masih koeingat saat aspal pertama ditoerehkan pada jalan tanah keras berbatoe itu, juga saat akoe menangis keras-keras maoe naik "setom" pertama jang melindas jalan imoegiri itu. Semendjak itoe lambat laoen soroet lenjaplah soedah kini gerobak pedati dengan sapi-sapi jang berjalan lemah gemoelai dengan malas. Akoe soeka ndompleng di belakang gerobak sapi-sapi itu djang terkadang mengangkoet teboe, setoempok roempet, hasil panen padi atau tembikar-tembikar batoe bata dan genting oenteok dipasarkan di iboe kota. Akoe juga masih ingat saat Trotoir pertama dibangun dan saloeran irigasi diperkoeat dengan semen setjara goetoeng roejoeng oleh program ABRI masoek desa. Saloeran irigasi itu menjadi tempat bermainkoe mentjari ikan ketjil-ketjil dan boeang hajat sebeloem bapak membangoen kakoes sendiri di halaman belakang.
Akoe juga masih ingat saat akoe harus menghindari "Plumbir", alias padjak oentoek sepeda saat aku maoe berangkat sekoelah naik sepeda BMX. Tjukong-tjukong penarik "pumbir" itoe soedahlah mendjadi kenangan djoega sifat galak-galak mereka.
Jalan Imogiri itoe selaloe ramai siang dan malam, karena jalan ini menjadi oerat nadi bagi masjarakat Bantoel. Tentoelah banjak, bahkan semenjak pagi boeta bakoel-bakoel dari bantoel, petani-petani, boeroeh-boeroeh pabrik, anak-anak sekoelah berangkat mengayoeh sepeda melewati jalan imogiri ini.
Saja doleo sampai taoe persis djadwal siboek ruas jalan imoegiri ini, kira-kira berlangsoeng sampai atkhir saja menjelesaikan sekoealah rendah; dimoelai semenjak dini hari sebeloem soeboeh, oemoemnya iboe-iboe atau bapak-bapak penjoeal sajur. Dengan sepeda dan kronjot di belakang jang penoeh berisi hasil boemi mereka mengajoeh di saat orang-orang dan saja sendiri masih terlelap. Kadangkala terdengar soeara gemerisik ajam-ajam dalam keronjoet pengangkoet ajam dari bapak-bapak pengangkoet ajam itoe. Laloe, selepas soeboeh, masih dengan oedara yang dingin dan kaboet djang lindap, saat fadjar pertama merekah, para boereh-boereoh pabrik dan pekerdja-pekerdja kantoeran giliran melaloe djalan itoe. Di belakang sepeda onthel mereka biasa terpasang alat-alat toekang seperti tali tampar, pacoel, tas kantoeng dan sebagainya. Akoe bisa taoe kalaoe mereka sejenis pekerdja penggali soemoer kaloe di mereka beriringan bertiga ataoe berdoea sadja dengan belakang sepeda mereka beberapa goeloeng tali tampar, ember plastik, linggis, dan patcoel lengkap dengan seboeah topi penoetoep kepala.
Mengindjak poekoel enam pagi sampai sekitar djam toejoe, gantian para peladjar-peladjar dan karjawan kantoer djang melaloe jalan itoe. Para karjawan kantoran terlihat mlipis, dengan bajoe pantalon dan sepatoe kinclong, Sedangkan anak-anak sekolah seperti akoe waktoe doleo baru gempar-gemparnya sepeda BMX.
Itoelah sekeloemit cerita mengenai pengajoeh sepeda Imogiri Djogja. Kalaoe kini Bapak-bapak, Iboe, saudara,saudari melewati jalan imogiri, moengkin tinggal orang-orang toea pedagang-pedagang sajoer saja jang bisa anda temoei, masih oetoeh seperti jang doloe lengkap dengan keronjotnja.