Keponakanku satu-satunya, namanya Gading. Nama yang diberikan bapaknya karena kenangan khusus akan "Gampingan". Sebuah tempat yang kini seperti selongsong kepompong yang ditinggalkan kupu-kupunya. Sebuah gedung bekas kampus ISI (Instutut Seni Indonisia). Semenjak ditinggalkan "kupu-kupunya', gedung itu lantas satu demi lantas bermetamorfosis; laun demi laun orang-orang menorehkan grafiti dan coretan-coretan dinding pada temboknya, orang-orang gila yang menempati bekas kelas-kelas kosong, patung-patung dan monumen-monumen hilang dicuri dan penjarahan-penjarahan. Lantas puing-puing itu lengkaplah sudah dengan rumput-rumput dan pohon-pohon yang menjalar.
Orang-orang bilang;"Pada beringin besar di sebelah pendopo Sasana Aji itu ada Wewe-nya."
Suatu pernah bermukim juga komunitas Taring Padi, yang mengobarkan kiprahnya, secara underground di selongsong bangunan itu. Sang kupu-kupu itu juga telah terbang dari kepompongnya setelah musim reformasi bergulir. Kini beberapa orang mantan taring padi sering datang di bangunan itu, sekedar beromansa atau mengatakan pada orang-orang;"Dulu kami kencing di sini lho?"
Keponakanku satu-satunya yang bandel bukan main yang selalu membuat ruang keluarga seperti kapal selam pecah yang selalu berteriak-teriak yang sekarang sudah bisa bernyanyi balonku ada lima yang suka, dulu bercikal bakal di selongsong gampingan itu.Di selonsong gampingan itu, Bapaknya, karib-karib lama, dalam suasana komunal, hari-hari penuh rencana,riang gitar, botol-botol, kanvas dan kuas.
Kadang-kadang orang-orang yang menggeliat dalam selongsong bangunan itu bilang pada kawan-kawan baru yang datang;"Penah melihat sang hantu Donna?"
Kawan-kawan baru datang setelah kawan-kawan lama menjadi kupu-kupu dan terbang meninggalkan kepompong bangunan itu. Kawan-kawan baru terkadang masih bermimpi seperti mimpi kawan-kawan lama yang meninggalkannya. Kini selongsong gampingan itu akan dipugar menjadi sebuah museum.
Metamorfosis terus berlanjut....